Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa angka kelahiran di Indonesia semakin menurun. Hal ini tercermin dari angka kelahiran total (TFR) pada hasil sensus penduduk bentuk panjang 2020 sebesar 2,18, turun dari 2,41 satu dekade sebelumnya. Pengamat mengingatkan penurunan angka kelahiran masih terkendali karena bisa berdampak pada perekonomian dalam jangka panjang.
TFR, juga dikenal sebagai tingkat kesuburan, merupakan indikator yang menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan dimiliki seorang wanita selama masa reproduksinya. Dengan TFR sekarang, setiap ibu akan melahirkan dua anak.
BPS menyatakan, penurunan TFR tersebut mendekati replacement level sebesar 2,1%. Ini adalah tingkat di mana individu yang mati dapat digantikan oleh individu yang lahir, tanpa ada migrasi. Tingkat TFR saat ini juga membaik karena mendekati target pemerintah dalam RPJMN 2024 sebesar 2,1%.
“Banyak faktornya. Pertama, pengelolaan program KB masih berjalan. Kedua, mungkin karena karakteristik generasi milenial yang sangat ingin punya anak, bukan kurang dari 1-2 anak,” kata Deputi BPS Sosial Statistik Ateng. Hartono dalam siaran LFSP 2020, Senin (30/1).
BPS menyatakan, penurunan angka kelahiran tersebut didorong oleh penurunan angka kelahiran yang signifikan pada perempuan pada kelompok usia 15-19 dan 20-24. Sementara itu, angka kelahiran pada kelompok umur lainnya tidak mengalami perubahan.
Angka kelahiran yang tetap konstan pada sensus 2020 memberikan kabar baik karena semakin mendekati angka ideal 2,1. Meski demikian, Guru Besar FEB Universiti Indonesia Sri Moertiningsih Adioetomo mengingatkan untuk waspada agar penurunan angka kelahiran tidak ‘terlalu jauh’.
“Kalau TFR terus turun terlalu jauh, tentu jumlah kelahiran tidak akan cukup untuk menggantikan jumlah kematian,” kata Moertiningsih di acara yang sama dengan Ateng.
Hal ini menurutnya dapat menimbulkan risiko bagi perekonomian Indonesia dalam jangka panjang, terutama dalam hal ketersediaan tenaga kerja. Di sisi lain, penurunan angka fertilitas yang disertai dengan peningkatan angka harapan hidup akan menimbulkan tantangan baru yaitu perubahan struktur umur penduduk yang semakin didominasi oleh lansia.
BPS dalam laporannya juga menyatakan bahwa angka kematian bayi dan ibu mengalami penurunan. Angka kematian bayi menurun secara signifikan dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada sensus 2010, menjadi 16,85 per 1.000 penduduk pada sensus 2020. Ada beberapa penyebab penurunan angka kematian bayi. Dua di antaranya karena persentase bayi yang diimunisasi meningkat dan rata-rata lama menyusu juga meningkat.
Angka kematian ibu juga menurun sebesar 45% dalam dekade terakhir. Jumlah kematian ibu adalah 189 per 100 ribu kelahiran hidup, turun dari tahun 2010 sebesar 346 per 100 ribu kelahiran hidup.