Kementerian Keuangan memperkirakan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun ini akan lebih rendah dari target sebesar 2,84% dari PDB. Kinerja tersebut ditopang oleh penerimaan negara yang masih berjalan dengan baik.
“Pendapatan kita cukup baik, dan ketika kita menyusun APBN 2023 cukup konservatif, sedangkan hasil kita masih momentum yang cukup baik yang akan menekan defisit,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu. awak media di Kompleks Perkantoran Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (31/5).
Namun, dia memastikan penurunan defisit tidak berarti akan mengurangi belanja negara. Kementerian Keuangan memperkirakan belanja tahun ini masih tumbuh positif.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga memperkirakan defisit anggaran akan lebih rendah, mungkin sekitar 2,5%. Kinerja tersebut ditopang oleh penerimaan pajak yang tetap tumbuh baik, mengimbangi perlambatan penerimaan bukan pajak akibat harga komoditas yang moderat.
“Situasi ini dipandang cukup baik oleh investor asing karena saat ini dalam situasi global banyak negara yang kinerjanya tidak baik, sementara pengelolaan fiskal kita jauh lebih baik,” ujar David yang ditemui di lokasi yang sama dengan Febrio.
Kementerian Keuangan sebelumnya menyatakan penerbitan surat utang tahun ini lebih rendah dari target seiring tingginya imbal hasil. Pemerintah berencana menerbitkan surat utang sebesar Rp 696,3 triliun tahun ini.
Realisasi APBN hingga April 2023 tercatat surplus jumbo Rp 234,7 triliun. Penerimaan negara bergerak cepat menuju setengah dari target, terutama ditopang oleh penerimaan pajak, sementara realisasi belanja hanya seperempat dari pagu.
“Dalam empat bulan pertama APBN kita mengalami surplus, baik dari keseimbangan primer maupun keseluruhan dari APBN kita,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers daring, Senin (22/5).
Surplus APBN hingga akhir bulan lalu setara dengan 1,12% produk domestik bruto (PDB). Neraca utama juga mencatat surplus Rp 374,3 triliun.
Kinerja tersebut ditopang oleh realisasi pertumbuhan penerimaan negara yang kuat. Kementerian Keuangan telah menghimpun penerimaan negara sebesar Rp 1.000,5 triliun selama empat bulan. Pencapaian ini merupakan 40,6% dari target tahun ini.
Pendapatan nasional meningkat 17,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja tersebut terutama ditopang oleh penerimaan pajak dan PNBP yang terus tumbuh kuat di atas 20%, mengimbangi penurunan tajam penerimaan bea dan cukai.
Di sisi lain, realisasi belanja negara sebenarnya juga meningkat namun bukan peningkatan pendapatan yang signifikan. Realisasi belanja negara mencapai Rp 765,8 triliun hingga akhir bulan lalu, naik 2% dibandingkan tahun lalu. Realisasi tersebut setara dengan seperempat pagu anggaran tahun ini.