Kementerian Keuangan atau Kementerian Keuangan memperkirakan aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia dapat meningkat setelah negosiasi penangguhan plafon utang Amerika Serikat (AS) mendekati tahap akhir.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS dan Presiden AS Joe Biden telah setuju untuk menangguhkan plafon utang hingga awal 2025, tetapi masih memerlukan pemungutan suara resmi minggu depan, sambil menunggu persetujuan Senat AS.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Suminto mengatakan negosiasi yang hampir final antara Gedung Putih dan Kongres AS membantu meredam ketidakpastian di pasar keuangan global. Dengan demikian, menurutnya dampak negatif terhadap pasar keuangan domestik semakin berkurang.
“Pasar keuangan global lebih kondusif dan ketidakpastian berkurang, sehingga pasar akan lebih mendukung. Jadi, saya kira aliran masuk modal (inflow of foreign capital) masih bisa kita jaga dan semoga ke depan semakin meningkat,” ujarnya. ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (29/5).
Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy dalam diskusi akhir pekan ini telah mencapai kesepakatan untuk menangguhkan plafon utang AS hingga 1 Januari 2023.
Namun, perundingan belum selesai karena DPR masih harus menggelar pemungutan suara yang dijadwalkan Rabu depan. Namun, McCarthy yang berasal dari Partai Republik optimis bisa mendapatkan dukungan yang cukup dari anggota partainya.
Kemudian, RUU tersebut masih harus melalui Majelis Nasional. Meskipun Demokrat pro-pemerintah mengendalikan Senat, masih membutuhkan setidaknya sembilan suara tambahan dari Partai Republik untuk meloloskan RUU tersebut. Sayangnya, masih perlu beberapa hari untuk mencapai kesepakatan penuh di Kongres AS.
Oleh karena itu, dalam pernyataan terbarunya, Biden mendesak dua majelis Kongres AS, DPR dan Senat, untuk mengesahkan RUU tersebut. Dia memperkirakan McCarthy akan mendapat cukup dukungan untuk meloloskan kesepakatan yang telah mereka capai.
“Ini adalah kesepakatan yang merupakan kabar baik bagi rakyat Amerika. Ini menghilangkan ancaman gagal bayar besar-besaran, melindungi pemulihan ekonomi bersejarah yang kita peroleh dengan susah payah,” kata Biden.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan berita terbaru akan mendukung sentimen risiko atau pasar akan mulai condong ke aset berisiko, termasuk rupiah, namun sentimen ini hanya bersifat sementara. Menurut dia, dampak terhadap rupiah tergantung pada kesepakatan akhir kenaikan plafon utang yang telah disepakati, dan ada kemungkinan rupiah akan tertekan.
“Kedepannya tergantung keputusan akhir berapa kenaikan pagu utang, karena bisa memperkuat dolar AS karena pemerintah AS akan menerbitkan obligasi dan melepasnya ke pasar, ini akan meningkatkan imbal hasil dan mengurangi likuiditas di pasar. ,” kata Lukman, Senin (29/29/2019)5).